Apa saja, sih, yang dibutuhkan untuk membuat cerita menarik dari personal branding? Kebanyakan, kita bisa melihat banyak konten berbau edukasi untuk menarik target audiens. Padahal, setiap jenama (brand) atau individu punya karakternya yang bisa dijadikan sebagai bahan branding.
Kali ini, saya akan membahas tentang topik-topik apa saja yang bisa kamu gunakan untuk menyusun konten personal branding baik di medsos atau blog. Namun, sebelum itu, kamu perlu tahu apa saja yang menjadi salah kaprah ketika sedang menyusun personal branding.
Hal Salah Kaprah dalam Personal Branding
“Kak Reffi, saya udah nulis artikel tiap hari, tapi kenapa ngerasa macet dan nggak ada perkembangan, ya?” Jenis pertanyaan ini tidak sekali dua kali saya terima. Ketika sudah berlatih dan mengunggah tulisan di medsos, harapan kita pasti ingin naik brandingnya, tetapi kenyataannya tidak selalu sesuai harapan.
Kamu perlu memeriksa apakah sudah benar dalam menjalankan rencana membangun personal branding?
Fokus Pada Jenis Konten Viral
Riset dari konten viral itu tidak masalah, tetapi kalau fokusmu hanya pada konten tersebut tanpa melihat seperti apa value yang sesuai dengan dirimu, ini bisa menjadi bumerang.
Saya memutuskan untuk tidak lagi membuka TikTok meskipun banyak bertebaran kelas mendapatkan leads dari medsos tersebut. Alasannya, karena saya kurang suka dengan musiknya yang berisik dan jenis konten yang memang tidak cocok buat saya saja.
Ketika kamu fokus pada hal yang menguras energi dan tidak kamu banget, ini bisa mengganggu produktivitas dalam membuat rencana branding di medsos.
Menunjukkan Semua Cerita Hidup
Memang benar bahwa cerita pribadi bisa membangun ikatan dengan audiens, tetapi ini bisa berbahaya kalau kamu melakukannya berlebihan. Kamu boleh menceritakan kegagalan di masa lalu selama itu relatable dengan niche yang kamu bahas.
Setelah saya gagal mempertahankan blog WordPress, saya bercerita kepada pelanggan di grup Telegram. Saya tidak masalah membagikannya karena masih terhubung dengan branding sebagai penulis. Namun, saya tidak akan membagikan kisah cinta dan juga soal ibadah. Oversharing itu tidak elegan.
Merasa Harus Terus Sempurna
Kamu tidak perlu menjadi serba sempurna, kok. Jujur saja kalau kamu sedang mengalami kesulitan berbisnis misalnya dan bagaimana kamu berusaha mengatasinya. Yang salah adalah kalau kamu berbohong dengan menjual cerita sedih demi meraih simpati dan membuka donasi.
Cerita Menarik untuk Personal Branding Buat yang Baru Mau Mulai
Buat kamu yang baru mulai, kadang terasa bingung bagaimana caranya agar cerita personal branding kita bisa menarik perhatian. Tenang saja! Di sini, saya akan berbagi cara sederhana untuk menciptakan cerita yang bisa bikin orang tertarik dan mengingat siapa kamu.
Kenali Nilai dan Kepribadianmu
Tanya ke diri sendiri, apa nilai yang kamu pegang teguh? Apakah kamu suka membantu orang lain, punya semangat belajar yang tinggi, atau mungkin ingin menginspirasi orang? Nilai-nilai ini jadi pondasi untuk cerita kamu nantinya.
Selain itu, kenali juga kepribadianmu. Apakah kamu orang yang humoris, serius, atau ramah? Kepribadian ini akan menambahkan warna ke cerita yang kamu buat sehingga audiens merasa lebih dekat dan tertarik pada diri kamu yang sesungguhnya.
Ceritakan Awal Perjalanan
Setiap orang punya kisah awal saat sedang memulai karier, hobi, atau side hustle. Ceritakan bagaimana kamu mulai tertarik pada bidang yang kamu pilih sekarang. Mungkin ada pengalaman tertentu yang membuatmu berpikir, “Ini dia bidang yang cocok buatku!”
Misalnya, kalau kamu ingin membangun personal branding di bidang menulis, ceritakan kapan pertama kali kamu suka menulis. Apakah kamu menulis karena pengaruh seseorang, buku yang kamu baca, atau sekadar ingin mencoba hal baru?
Jangan Takut Menunjukkan Kelemahan
Kelemahan atau kegagalan adalah bagian dari cerita yang justru sering membuat orang lebih terhubung. Orang lebih suka kisah yang manusiawi daripada yang sempurna. Kalau ada momen di mana kamu gagal atau melakukan kesalahan dalam perjalananmu, jangan ragu untuk membagikannya.
Sebagai seorang Japanese Interpreter, saya sering bercerita di X tentang lingkup profesi tersebut. Saya bercerita soal asyiknya bekerja menjadi penerjemah, tetapi juga hal tidak enak yang bisa dialami. Filter nama atau instansi dan fokus pada inspirasi dari ceritamu.
Fokus pada Dampak dan Manfaat yang Bisa Kamu Berikan
Personal branding bukan cuma soal “ini aku,” tapi lebih ke “ini yang bisa aku berikan untuk kamu.” Cobalah pikirkan, apa hal positif yang bisa audiens dapatkan dari ceritamu? Mungkin kamu punya pengalaman yang bisa menginspirasi atau tips-tips praktis yang berguna.
Misalnya, kalau kamu ingin membangun branding sebagai seorang public speaker, tunjukkan bagaimana pengalamanmu bisa membantu orang lain menjadi lebih percaya diri.
Jadilah Autentik
Setiap orang punya cara bercerita yang berbeda-beda. Kalau kamu suka menulis, buatlah blog atau media sosial yang isinya cerita kamu. Jika kamu lebih nyaman berbicara, coba buat video atau podcast. Sesuaikan media dengan gaya komunikasimu agar kamu bisa bercerita dengan lebih natural dan efektif.
Buat kamu yang baru mulai, gunakan platform media sosial seperti Instagram, TikTok, atau LinkedIn. Masing-masing platform ini punya audiens yang berbeda, jadi sesuaikan gaya ceritamu dengan karakter audiens di sana.
Konsistensi adalah kunci dalam membangun personal branding. Pastikan kamu rajin berbagi cerita dan tetap autentik. Jangan tergoda untuk berpura-pura jadi orang lain. Konsisten pun tidak harus bikin konten tiap hari. Kamu sempat membuat dan mengunggah dua kali seminggu? Lakukan itu terus selama minimal 6 bulan sampai kamu bisa menambah jumlah kontennya. (Baca Juga: 7 Skills Wajib Jadi Content Creator Sukses)
Cerita menarik untuk personal branding ini bisa kamu utak-atik sesuai keinginan. Ada pertanyaan dari rencana kontenmu? Bagikan di kolom komentar, ya. Jangan lupa untuk berlangganan blog sederhana ini.
0 Comments