Storytelling dan copywriting seolah menjadi dua hal yang berbeda. Dulu, saya juga memiliki pandangan yang sama. Di benak saya, saya merasa jika storytelling itu fokus pada membuat cerita yang menarik baik fiksi atau pengalaman agar pembaca tidak bosan, sedangkan copywriting berfokus pada promosi produk. Namun, setelah mempelajari bagaimana membangun personal branding, saya pun mulai berpikir berbeda.
Baik storytelling dan copywriting bisa menjadi senjata ampuh dalam branding karena keduanya menyentuh inti terpenting dari sebuah brand yaitu membangun koneksi emosional dengan audiens. Kalau branding hanya berhenti di logo, warna, atau tagline, maka ia akan mudah dilupakan. Sebaliknya, ketika brand punya cerita yang hidup dalam ingatan orang, di situlah ia menjadi kuat.
Ketika Sebuah Cerita Menjadi Bagian dari Brand
1. Storytelling: Membuat Brand Jadi Manusiawi
Manusia itu makhluk pencinta cerita. Sejak kecil, kita belajar dan mengingat lewat kisah, bukan data mentah. Dengan storytelling, brand tidak hanya bicara soal produk, tapi juga nilai, perjuangan, dan makna. Misalnya:
- Apple tidak hanya menjual iPhone, mereka menjual cerita tentang inovasi dan keberanian berpikir berbeda.
- Sebuah kafe kecil bisa membangun identitas dengan kisah yang menunjukkan warisan turun-temurun dan menunjukkan legacy seperti, “Kami dirintis dari dapur keluarga, resep turun-temurun.”
Cerita membuat audiens merasa dekat, seolah mereka sedang mengenal karakter baru dalam hidupnya dan karakter itu adalah brandmu. Ini yang saya sematkan dalam Wordholic Class. Platform ini lahir untuk membantu penulis pemula atau yang sudah menjalani kehidupan sebagai penulis agar terus berkarya dengan bahagia.
2. Copywriting: Menyulap Kata Jadi Magnet
Kalau storytelling adalah jiwanya, copywriting adalah senjata untuk menyampaikannya dengan tepat. Copywriting bukan sekadar menulis indah, tapi menulis untuk memengaruhi dan menggerakkan audiens. Bagian dari copywriting itu antara lain,
- Headline yang tajam membuat orang berhenti scrolling.
- CTA (call to action) yang tepat bikin audiens mau klik, daftar, atau beli.
- Copy yang jelas membantu orang memahami kenapa produkmu penting buat mereka.
Storytelling membuat sebuah brand jadi lebih mudah diingat, tetapi copywriting ini membuat otak penulis untuk memikirkan bagaimana Headline yang menarik. Ceritanya bagus, tetapi tidak membuat pembaca tergerak untuk menyimak lebih lama, tentu akan menjadi percuma. Makanya copywriting bisa menjadi magnet.
3. Kombinasi Storytelling & Copywriting dalam Branding
Bayangkan storytelling sebagai jalan cerita film, dan copywriting sebagai dialog serta teks promonya. Keduanya saling melengkapi.
Contohnya adalah iklan dalam medium audio-visual. Kalau kamu seorang milenial yang aktif menggunakan Facebook dan Youtube sejak era awal dan pertengahan 2000-an, kamu pasti tidak asing dengan iklan asuransi Thailand yang mengharukan.
Iklan tersebut memberikan gambaran perlunya asuransi untuk keluarga lewat jalinan cerita keluarga atau hubungan antarmanusia yang bisa kita temukan di sekitar. Di akhir iklan, akan ada nama brand asuransinya. Untuk medsos, kamu bisa membuat tulisan tentang pengalamanmu menjalankan sesuatu dan di akhir tulisan, berikan penutup untuk klik sesuatu, mengikuti medsos, dan lainnya.
4. Efek Jangka Panjang untuk Branding
- Membedakan diri di tengah pasar yang penuh kompetitor.
- Membangun loyalitas karena audiens merasa terhubung, bukan sekadar jadi pembeli.
- Memperkuat positioning: brand jadi punya “suara” khas yang konsisten.
Contohnya saja dalam kelas menulis. Banyak sekali para ahli yang membuat kelas menulis seperti Wordholic Class, tetapi bagaimana caranya agar Wordholic Class tetap lekat di hati audiensnya? Tentu saja lewat konten blog seperti ini, cerita founder dalam membangun karier menulis dan Wordholic Class, testimoni peserta di kelas-kelas sebelumnya. Cerita memiliki kekuatan lebih dari sekadar iklan.
Storytelling dan copywriting ini menjadi sebuah metode yang tidak memaksa ketika kamu ingin membangun kedekatan dengan target audiens. Ingin belajar lebih banyak bagaimana menyusun strategi storytelling dan copywriting? Yuk, ikuti kelas Storycopy yang diselenggarakan bersama Komunitas Menulis Kreatif minggu ini. Cek informasi pada gambar, ya.
0 Comments